Hatta dan Dradjad Terus Cari Dukungan Jelang Puncak Pemilihan Ketum

Januari 8, 2010

Kongres III Partai Amanat Nasional (PAN) resmi dibuka tadi malam. Sekitar 2.500 peserta kongres dari seluruh pengurus wilayah (DPW), daerah (DPD), dan pusat (DPP) menghangatkan suasana GOR Tumenggung Abdul Jamal, Muka Kuning, Batam, yang sempat ditaburi rintik gerimis.

Puluhan tokoh nasional menghadiri acara yang diorganisasi langsung oleh Helmi Yahya itu. Tampak Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar Aburizal Bakrie, Ketum Partai Gerindra Suhardi, Ketum PNBK Erros Djarot, serta Ketum PBR Bursah Zarnubi.

Hadir pula menteri nonkader PAN seperti Menko Kesra Agung Laksono, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, serta Menteri Pertanian Suswono. Ada juga Gubernur Kepulauan Riau Ismeth Abdullah, Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin, dan Gubernur Sultra Nur Alam. Wakil Ketua MPR Hajriyanto Thohari beserta belasan undangan dari partai lain juga datang.

Di barisan depan, Ketua Majelis Pertimbangan Partai (MPP) PAN Amien Rais terlihat duduk berdampingan dengan salah seorang calon Ketum, Hatta Rajasa. Sementara itu, Ketum PAN Soetrisno Bachir (SB) duduk bersebelahan dengan kandidat lainnya, Dradjad H. Wibowo.

Dalam pidato pembukaan, SB meminta agar para peserta menggunakan akal sehat dan nurani. Kongres, lanjut dia, harus berjalan dengan akhlakul karimah. ”Jangan sampai kongres ini mencederai jati diri PAN. Sebab, itulah kekayaan kita. Gunakan hak Anda memilih pemimpin dengan sebaik-baiknya dan ikhlas,” ungkapnya.

Amien yang mendapat kesempatan berbicara berikutnya menyatakan, dirinya sering ditanya apakah mendukung Hatta atau Dradjad. ”Bagi saya, Dradjad dan Hatta seperti pinang dibelah dua. Meminjam istilah Mbah Surip, I love them full,” katanya.

Soal dua putranya yang berbeda sikap, yakni Hanafi Rais yang mendukung Dradjad dan Mumtaz Rais yang mendukung Hatta, Amien menegaskan, hal itu berarti dirinya bukan ”bermain dua kaki”. ”Itu teori gundul-gundulan. Saya tidak seremeh itu,” ungkapnya dengan nada bercanda.

Sementara itu, Hatta dan Dradjad terus mencari dukungan menjelang acara puncak pemilihan Ketum. Hatta, misalnya, menargetkan meraup 20 persen suara PAN dalam Pemilu 2014 mendatang. ”Kami akan menyiapkan langkah besar untuk meraih suara double digit atau sekitar 20 persen dalam Pemilu 2014 nanti,” katanya dalam jumpa pers di Hotel Planet Holiday kemarin.

Sementara itu, Sekjen PAN Zulkifli Hasan yang juga hadir dalam konferensi pers kemarin mengatakan bahwa dukungan terhadap Hatta sangat tinggi. ”Sekitar 85 persen suara mendukung beliau,” ungkapnya. Hal senada disampaikan Ketua DPW PAN Jawa Timur Suyoto.

Bila terpilih menjadi Ketum, tampaknya, Hatta tak mau begitu saja merangkul Dradjad sebagai wakil ketua umum. Bisa jadi, Hatta khawatir Dradjad akan menjadi semacam ”duri di telapak kakinya”. ”Yang berdaulat itu peserta kongres. Hitam putih, peserta yang memutuskan,” tegasnya. Menurut dia, menghadirkan posisi Waketum harus dengan mencantumkannya terlebih dahulu di AD/ART. ”Selama ini kan (posisi Waketum, Red) memang belum ada. Peserta kongres yang akan memutuskan,” tandasnya.

Sementara itu, Dradjad pun tak mau kalah dengan Hatta. Dia bakal menggandeng Hanafi Rais untuk memuluskan dirinya menjadi Ketum. Dradjad juga mengklaim mendapat dukungan 50 persen lebih suara, dengan rincian 327 DPD dan 19 DPW PAN seluruh Indonesia dengan total 645 suara. Itu belum termasuk suara pengurus DPP. ”Insya Allah bisa menang dalam pemiliha nanti. Kami yakin menang karena dukungan suara berasal dari kader-kader yang militan, punya ideologi kuat, dan tidak tergoda rayuan serta bujukan calon lain,” ujar Dradjad yang saat jumpa pers didampingi Hanafi Rais.

Dradjad mengakui pihaknya mempunyai strategi untuk mengamankan suara pendukungnya agar tidak berpindah ke calon lain. Yang dilakukan adalah koalisi hati dan koalisi nurani. ”Teman-teman merasakan semangat reformasi seperti pada 1997-1998 dulu. Dengan semangat tersebut, pendukungnya susah digoyang oleh materi dan bujukan,” katanya.

Ratusan pendukung yang mempunyai hak suara dalam kongres nanti dikumpulkan Dradjad Wibowo dan Hanafi Rais dalam ballroom Novotel, sesaat setelah sampai di Batam.

Susno Duadji Saksi Ad Charge di Sidang Antasari

Januari 8, 2010
Susno Duadji Saksi Ad Charge di Sidang Antasari

Lanjutan sidang kasus pembunuhan Dirut PT Putra Rajawali Banjaran (PRB) Nasrudin Zulkarnaen dengan terdakwa Antasari Azhar diwarnai kejutan. Mantan Kabareskrim Komjen Pol Susno Duadji dihadirkan sebagai saksi ad charge (meringankan) oleh tim kuasa hukum mantan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu.

Kehadiran Susno sekitar pukul 10.50 di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan kemarin (7/1) tak pelak memunculkan tanda tanya pengunjung sidang dan wartawan yang bertugas. Apalagi, jenderal dengan tiga bintang di pundak itu berseragam lengkap.

Penggunaan seragam itu pula yang memicu perdebatan antara jaksa penuntut umum (JPU) dan tim kuasa hukum terdakwa. Jaksa mempertanyakan surat tugas dari instansi tempat Susno bertugas. “Saudara saksi datang dengan pakaian dinas dan sekarang juga jam dinas. Harus ada surat tugas,” tegas JPU Cirus Sinaga.

Namun, Juniver Girsang, kuasa hukum Antasari, langsung memberikan pembelaan. “Ini saksi, bukan ahli. Jadi, datang sebagai pribadi,” kata Juniver. Susno juga angkat bicara. “Sesuai permintaan pemohon (pihak Antasari, Red), saya datang selaku pribadi,” ujarnya.

Namun, jaksa tetap mempersoalkan perlunya izin dari instansi Susno sebelum memberikan kesaksian. Apalagi, Susno adalah seorang jenderal. Di pihak lain, tim pengacara juga kukuh pendirian dengan tidak diperlukannya surat izin. Setelah terjadi adu argumen, ketua majelis hakim Herri Swantoro menengahi dengan akan mencatat keberatan jaksa. Susno pun lantas diambil sumpah untuk memberikan keterangan.

Dalam keterangannya, Susno mengaku tidak dilibatkan dalam penyidikan kasus pembunuhan Nasrudin. Kasus tersebut ditangani Polda Metro Jaya. Mabes lantas menunjuk Wakabareskrim saat itu, Irjen Pol Hadiatmoko, sebagai pengawas penyidikan (wasdik). “Supaya tidak ada penyimpangan,” kata Susno. Dalam tugasnya wasdik bersikap proaktif.

Tidak hanya itu, Susno juga mengatakan tidak mendapat laporan dari Hadiatmoko. “Wakaba langsung (laporan) ke Kapolri. Jadi, kalau tidak lapor ke saya (sebagai Kabareskrim), itu benar,” terang mantan Kapolda Jabar itu.

Selain itu, Susno menyatakan tidak mendapat laporan dari Direskrimum Polda Metro Jaya waktu itu, Kombespol M. Iriawan. “Dia (Iriawan) sudah melakukan yang benar (laporan ke Wakabareskrim),” sambungnya.

Susno juga mengungkapkan, ada tim yang bertugas mencari motivasi kasus Antasari. Tim tersebut yang juga diketuai Hadiatmoko. Namun, dia mengaku baru mengetahui tim itu belakangan. “Saya tidak mau berandai-andai, saya tahu belakangan,” katanya. Dia juga mengaku tidak mengetahui tim bentukan Kapolri yang diketuai Kombespol Chaerul Anwar.

Keterangan Susno itu langsung direspons oleh Ari Yusuf Amir, kuasa hukum Antasari lainnya. Menurut Ari, saat dihadirkan sebagai saksi verbalisan (17/11), Hadiatmoko mengaku tidak terlibat banyak dalam kasus tersebut. Dia juga membantah ikut membuat berita acara pemeriksaan (BAP) dan memberikan arahan kepada Wiliardi untuk menjerat Antasari.

Selain itu, Ari menyebut peran Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri dalam pembentukan-pembentukan tim. “Kami mohon, perlu dihadirkan Kapolri dalam sidang ini,” kata Ari.

Hotma Sitompoel, kuasa hukum lain, bahkan mempertanyakan adanya kepentingan Hadiatmoko jika benar mengarahkan Wiliardi. “Apa Hadiatmoko sebagai ketua tim pengawas mempunyai kepentingan?” tanya Hotma.

Dengan tenang Susno mengatakan, tentu Hadiatmoko mempunyai kepentingan dalam pengawasan penyidikan itu. Namun, dia mengaku tidak mengetahui apa kepentingannya. “Saya kira jawabannya sudah Anda sebut, tentunya ada kepentingan. Tapi (apa) di balik kepentingan, hanya dia (Hadiatmoko) dan Tuhan yang tahu,” jawab Susno.

Dalam keterangannya yang lain, Susno membantah ikut mengarahkan Wiliardi untuk mengakui perbuatannya. Dia mengaku mengundang Wiliardi untuk membicarakan hak-haknya sebagai tersangka. Ketika itu, juga ikut Novarina, istri Wiliardi, dan Iriawan.

“Saya tidak bicara kedinasan, tidak bicara kasusnya. Kita bicara dari hati ke hati,” ungkap Susno. Misalnya, keluhan Wiliardi yang tidak bebas bertemu istri, tidak bisa menelepon, dan keluhan tentang pengacara. “Langsung saya respons semuanya,” katanya.

Seusai persidangan, Ari menguraikan, keterangan Susno menunjukkan dua hal yang menguntungkan kliennya. Pertama, kesaksian Wiliardi yang mengaku ditekan. “Besar kemungkinan (keterangan Wiliardi) itu benar, karena Hadiatmoko mempunyai kepentingan, seperti yang diungkap Susno,” kata alumnus Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia itu.

Kedua, keterangan adanya tim yang dibentuk untuk mencari motif Antasari. “Berarti, sebelumnya memang tidak ada motivasi keterlibatannya,” terang Ari. “Motivasi itu di-create. Karena SMS ancaman tidak ada, Rani juga disembunyikan setelah kasus ini muncul,” imbuh M. Assegaf, kuasa hukum Antasari lainnya.

JPU yang awalnya menolak Susno menjadi saksi, tidak risau dengan keterangan jenderal kelahiran Pagar Alam, Sumsel itu. Jaksa malah menilai kubu Antasari keliru menghadirkan Susno sebagai saksi ad charge. “Seharusnya penasihat hukum mencari (saksi) yang meringankan. Ini malah memberatkan. Keterangannya bersesuaian dengan saksi maupun verbalisan yang sudah dihadirkan,” kata jaksa Cirus Sinaga, seusai sidang.

Tentang permintaan menghadirkan Kapolri, Cirus juga memandang tidak perlu. Apalagi, sidang berikutnya sudah masuk tahap pemeriksaan terdakwa. “Pembuktian sudah cukup,” katanya. Tim jaksa juga menganggap keterangan terdakwa tidak terlalu dipentingkan. “Dalam arti, terdakwa punya hak ingkar,” tandasnya.

Mabes Polri Geger

Kesaksian Komjen Pol Susno Duadji di persidangan Antasari benar-benar menggegerkan jajaran kepolisian. Bahkan, Propam Mabes Polri hari ini bakal bergerak untuk menyelidiki langkah Susno tersebut. Sebab, kesaksiannya tanpa izin Kapolri.

Kabar itu memang mengejutkan Bambang Hendarso. Bahkan, saat melihat Susno bersaksi melalui televisi, dia langsung menelepon Kadiv Propam Mabes Polri. ”TB Satu kaget,” kata sumber Jawa Pos. TB Satu merupakan kepanjangan Tri Broto Satu, istilah untuk menyebut Kapolri. Bambang Hendarso hari ini menggelar konferensi pers untuk mengklarifikasi langkah mengejutkan Susno itu.

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Edward Aritonang menambahkan, hari ini Susno diperiksa. ”Besok (hari ini, Red.) tim Propam sudah bergerak. Sanksinya tunggu pemeriksaan dulu,” katanya di Jakarta kemarin (7/1).

Edward menganggap kesaksian Susno bisa menyalahi aturan yang berlaku di kepolisian. Sebab, Susno tidak meminta izin ke Kapolri sebelum memberikan keterangan di pengadilan. ”Karena itu, organisasi akan melakukan tindakan tegas,” katanya.

Edward menambahkan, kasus Susno akan diselesaikan secara internal. Pemeriksaan itu akan berdampak pada sanksi, baik PDH (pemberhentian dengan hormat) maupun PTDH (pemberhentian tidak dengan hormat). ”Itu bergantung pada konteks pemeriksaaannya. Mungkin akan berdampak sanksi. Yang jelas, akan ada tindakan hukuman,” jelas Edward.

Langkah hukuman itu, kata Edward, akan diawali melalui pemeriksaan oleh Propam Mabes Polri. ”Tentu langkah-langkah konkret itu sesuai sistem dan mekanisme. Harus ditanya dan diperiksa (propam),” katanya.

Hal senada diungkapkan Kabareskrim Mabes Polri Komjen Ito Sumardi. Pengganti Susno itu mengatakan, langkah mengejutkan Susno segera ditindaklanjuti propam. ”Tindak berikutnya di propam. (Kesaksian) itu tidak setahu Kapolri,” tegas Ito saat dihubungi kemarin.

Menurut Ito, kesaksian Susno adalah langkah dia sendiri, bukan langkah institusi. Bagaimana dengan substansi kesaksian Susno? ”Saya tidak berkomentar pada kasusnya,” kata Ito.

Gelar Pahlawan Terlalu Kecil buat Gus Dur

Januari 8, 2010

Rencana pemberian gelar pahlawan nasional bagi KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur beroleh reaksi dari kalangan sahabat Presiden ke-4 RI itu. Salah seorang sahabat Gus Dur, Kurt Rinck, Rabu (6/1/2010), menyatakan, gelar pahlawan nasional tidak cukup untuk menggambarkan kemampuan dan jasa Gus Dur yanga luar biasa.

“Saya tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk Gus Dur. Ia sungguh luar biasa,” kata Kurt yang berasal dari Jerman itu.

Kurt yang juga seorang guru spiritual itu, pertama kali mengenal Gus Dur pada 2002. Kurt pernah sangat intens belajar dari Gus Dur pada periode 2006-2007 dan bertemu dengan Gus Dur hingga lima hari dalam seminggu selama periode tahun itu.

“Pertama kali saya bertemu Gus Dur, saya adalah orang yang sangat arogan. Gus Dur menyerap arogansi saya itu dan pelan-pelan mengubah saya,” kata Kurt sembari terisak.

Penerobos GBK, Pahlawan

Januari 8, 2010

Ny Mumun (48) histeris melihat anaknya, Hendri Mulyadi (20), tengah diseret polisi ke luar, lapangan Gelora Bung  karena menerobos masuk ke lapangan pada saat tim Indonesia melawan Oman, Rabu (6/ 1/2010).

Sehari kemudian tanggapan terhadap aksi nekat Eji, panggian akrab Hendri ramai di mills maupun facebook. Sebagian besar memuji Eji sebagai pahlawan karena keberaniannya memprotes tim Indonesia yang selalu kalah saat bertanding. Eji kesal, geram terhadap perkembangan persepakbolaan di Indonesia yang cenderung merosot.

Namun aksi nekat Eji ini justeru membuat syok keluarganya. “Bu Mumun menjerit histeris melihat anaknya melakukan tindakan nekat seperti itu,” ujar tetangganya.

Ny Mumun yang ditemui di rumahnya di Kampung Serang RT/RW 02/01, Serang, Cikarang Selatan, Bekasi, Kamis (7/1/2010) malam mengatakan, melihat anak bungsu dari tiga bersaudara bertindak di luar kebiasaannya itu, dia langsung kaget. “Anak saya biasanya cuma menangis kalau diomelin, tiba-tiba melakukan tindakan seperti itu makanya saya kaget sekali,” ujar Mumun.

Seperti diberitakan sebelumnya, Hendri nekat menerobos lapangan sesaat sebelum berakhirnya duel Indonesia vs Oman, Rabu. Dia turun ke lapangan langsung menggiring bola ke arah gawang Oman. Sayangnya tembakannya gagal karena bola yang diarahkan ke gawang Oman ditepis oleh penjaga gawang Ali Al-Habsi.

Menurut sang ibu, anaknya adalah santri di Pondok Pesantren Nurul Islam Nihayatul Amal, Cikarang. Dia adalah alumnus SMA Negeri 1 Cikarang tahun 2007. Sejak lulus dari SMA, Eji memilih ikut pendidikan di pesantren asuhan Kiai Masduki. “Sifatnya pendiam, dia tak pernah marah apalagi emosional,” kata Mumun.

Terhadap sepakbola, diakui Mumun, kalau anaknya memang senang-bermain bola. Sejak kecil Eji bercita-cita masuk sekolah sepakbola. “Namun karena tidak punya biaya, cita-citanya itu tak kesampaian,” ujar Mumun.

Komunikasi putus

Menurut Mumun, pada hari pertandingan antara Indonesia dengan Oman, anak bungsunya itu pamitan untuk menonton. Dia bersama dua temannya naik angkot dari rumahnya menuju terminal Cikarang, Bekasi, kemudian melanjutkan perjalanannya menuju Jakarta menggunakan bus.

Sejak kejadian itu, Mumun dan keluarga lainnya berusaha menghubungi Eji, namun handphone-nya tidak aktif. Kegelisahan Mumun makin menjadi jadi karena anaknya dibawa ke kantor polisi. “Saya menangis, anak saya mau diapain? Apa anak saya mau dihukum,” kata Mumun.

Namun, setengah jam kemudian Mumun berhasil menghubungi anaknya. “Di telepon dia menangis, minta maaf pada saya telah menyusahkan orangtua. Saya sedih mendengarnya akhirnya saya ikut menangis,” ujar Mumun.

Untungnya sekitar pukul 01.00, anaknya menelpon lagi. “Kata anak saya polisi sudah melepasnya. Ada polisi yang kasihan kepada anak saya, bahkan sampai diantar ke pintu tol Bekasi Barat. Saya dengan beberapa tetangga menggunakan mobil pinjaman menjemput di pintu tol,” tambah Mumun.

Sekitar pukul 02.00, Eji datang diantar mobil polisi. Kata polisi, anaknya sudah dikembalikan. “Saya kasih pak polisi uang Rp 500.000, tetapi dia menolak katanya itu sudah tugas polisi. Saya bersyukur dan berterima kasih kepada pak polisi yang mengantar anak saya,” kata Mumun.

Sesampainya di rumah, Eji langsung makan dan tidur. “Dia tidak bilang apa-apa. Keesokan harinya Eji dijemput wartawan untuk wawancara televisi.” ujar Mumun.

Menyesal

Henri menyesali aksi nekatnya itu. Tindakannya itu tak hanya membuat dia harus berurusan dengan polisi. “Tentu saya ada perasaan menyesal. Saya telah menyusahkan keluarga, terutama orangtua,” ujar Hendri.

“Bukan motivasi saya menerobos ke lapangan, tetapi karena saya sangat kecewa dengan penampilan tim nasional. Enggak tahu kenapa saya bisa melakukan itu. Mungkin masyarakat Indonesia juga kecewa, Indonesia kok gak pernah menang. Mungkin saya saja yang berani berbuat nekat seperti itu,” imbuh pemuda berusia 20 tahun itu.

Kasat Reskrim Polrestro Jakarta Pusat Komisaris Suwondo Nainggolan, Kamis siang, mengatakan, sudah memulangkan Hendri ke rumahnya. “Kami telah memulangkan dia sekitar pukul 22.30,” ujar Suwondo.

Menurut Suwondo, Hendri tak ditahan dan cuma diamankan karena khawatir bakal jadi bulan-bulanan massa penonton. Buktinya, walau aksinya itu mendapat standing applaus dari sebagian suporter, tetapi ada juga yang suporter yang marah dan melemparinya dengan botol plastik minuman mineral ketika dia digiring keluar lapangan.

Tindakan Hendri itu sempat menimbulkan tanda tanya, karena dia meloncat di dekat polisi yang berdiri menghadap tribun penonton, namun polisi tidak bereaksi sama sekali. Para penonton yang duduk di dekatnya, di tribun Kategori I tepat di samping kanan tribun media massa dan VIP Barat, justru menyemangati aksi nekat Hendri.

Polisi juga tidak bereaksi ketika Hendri berlari di lintasan atletik dan di antara bangku pemain cadangan Indonesia dan Oman. Petugas yang pertama kali memberikan reaksi adalah wasit kedua, Mu Yuxin dari China. Dia terkejut ketika menyadari ada penyusup tepat di belakangnya. Mu langsung mengangkat bendera dan meniup peluit agar pertandingan dihentikan.

Striker Boaz Solossa sempat menghalang-halangi Henri agar tidak melanjutkan aksi, tetapi karena khawatir bakal terjadi peristiwa yang tidak diinginkan Boaz memilih bergabung bersama pemain ke tengah lapangan.

Hendri akhirnya dibekuk oleh polisi dan match commissioner di depan gawang Ali Al-Habsi, setelah gagal menjebol kiper Oman milik Bolton Wanderers itu. “Saya minta maaf atas ulah saya ini kepada masyarakat sepak bola di Tanah Air. Saya kecewa atas prestasi tim nasional yang tidak pernah menang, selalu kalah bahkan selalu seri,” ujar Eji.

PBB Temukan Tempat Penyimpanan Senjata Hibzbullah

Januari 8, 2010

Pasukan perdamaian PBB  di Lebanon menemukan ratusan kilogram  bahan peledak dekat perbatasan Israel, yang menurut Isreal, Kamis, ditanam para pejuang Hizbullah.

Duta besar Israel untuk PBB , Gabriela Shalev, dalam sepucuk surat kepada Sekjen PBB Ban Ki-moon dan Dewan Keamanan menuliskan bahwa pasukan pemeliharaan perdamaian PBB  di Lebanon selatan berpapasan dengan orang-orang yang mencurigakan pada 26 Desember dan kemudian menemukan lubang  yang berisikan  sekitar 330 kg bahan peledak. Shalev mengatakan bahan-bahan peledak itu mungkin diproduksi di Iran atau Suriah. Ia menambahkan tipe bahan peledak  dan bagaimana senjata itu digelar menunjukkan itu ditanam oleh Hizbullah. Shalev  tidak merinci lebih jauh  tentang bahan peledak  itu.

Para pejabat PBB di di New York tidak segera memberikan komentar mengenai berita itu.

Resolusi Dewan Keamanan PBB nomor 1701, yang mengakhiri perang 34 hari  tahun 2006  antara Israel dan Hizbullah, melarang semua senjata tanpa izin  berada antara Sungai Litani dan Jalur Biru, perbatasan antara Israel dan Lebanon, yang diawasi PBB.

Israel mengecam operasi pasukan pemeliharaan perdamaian PBB  di Lebanon (UNIFIL) yang berkekuatan 12.000 personil karena tidak mencegah senjata-senjata itu yang menurutnya masih mengalir ke para pejuang Hizbullah. PBB mengatakan itu adalah tanggungjawab pemerintah Lebanon.

“Pemerintah Lebanon harus melakukan tindakan serius menangani gejala yang meningkat  kegiatan militer Hizbullah  khususnya di desa-desa sipil,” kata Shalev. “Israel  mengharapkan dilakukan segera penyelidikan penuh mengenai masalah ini,” katanya dan menambahkan Dewan Keamanan harus diberitahu tentang hasil penyelidikan itu secepat mungkin.

Radiasi Ponsel Bisa Cegah Kepikunan

Januari 8, 2010

Setelah sekian banyak penelitian tentang dampak buruk penggunaan ponsel bagi kesehatan, sebuah riset mengklaim menemukan potensi radiasi ponsel bagi pencegahan penyakit Alzheimer.

Meski temuan ini masih tahap awal dan terbatas pada tikus di laboratorium, tetapi setidaknya menumbuhkan harapan bahwa radiasi ponsel dapat dimanfaatkan untuk pencegahan penyakit

Dalam risetnya, para ahli di Florida AS menunjukkan bahwa radiasi ponsel mampu melindungi daya ingat tikus yang telah direkayasa mengidap Alzheimer.  Para peneliti kini tengah mengembangkan risetnya untuk menemukan frekuensi yang tepat guna memeroleh hasil yang lebih baik.

Seperti dimuat Journal of Alzheimer’s Disease, peneltian di Florida Alzheimer’s Disease Research Centre itu menggunakan 96 ekor tikus yang direkayasa secara genetik mengalami penumpukan plak beta-amyloid dalam otaknya saat usia tua. Hadirnya plak ini merupakan penanda penyakit Alzheimer. Seluruh tikus ini sebelumnya dalam kondisi normal alias tak mengalami demensia.

Dalam kurun waktu 7 hingga 9 bulan, seluruh tikus terpapar gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh ponsel standar dua kali sehari selama satu jam.  Sangkar mereka juga ditempatkan dengan jarak yang sama di sekitar antena  pusat yang memancarkan sinyal telepon,

Pimpinan riset  Professor Gary Arendash mengatakan jika radiasi mulai dipaparkan saat tikus Alzheimer memasuki usia muda sebelum tanda-tanda kerusakan memori muncul, kemampuan kognitif tikus-tikus ini terlindungi. Buktinya, tikus-tikus yang diprogram ini menunjukkan hasil yang baik saat menjalani tes memori dan berpikir, seperti halnya tikus normal. Jika tikus Alzheimer yang telah menunjukkan gangguan memori dipaparkan pada gelombang elektromagnetik, gangguan memori ini pun ternyata hilang.

<!–/ halaman berikutnya–>

Garuda-Freeport Damai, Pilot Kecewa

Januari 8, 2010

Perselisihan antara Garuda Indonesia dan PT Freeport Indonesia berakhir dengan damai. Garuda akan melayani penerbangan ke Bandara Mozez Kilangin Timika mulai Jumat (8/1/2010) malam. Penerbangan kembali Garuda ke Timika dilakukan setelah kedua belah pihak bersepakat untuk berdamai dengan difasilitasi oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara Dephub Herry Bakti Singayudha Gumay di Gedung Dephub, Jakarta, Kamis (7/1/2010).

“Garuda akan kembali terbang ke Timika mulai Jumat besok malam dari Jakarta, sampai di Timika hari Sabtu pagi,” kata Herry Bakti.

Pada pertemuan tersebut hadir Direktur Operasi Garuda Ari Sapari, juru bicara Garuda Pujobroto, VP Legal Freeport Tony Wenas, dan juru bicara Freeport Mindo Pangaribuan.

Herry Bakti menyatakan, kembalinya Garuda menerbangi Timika harus diiringi  dengan persediaan BBM yang cukup. PT Airfast Aviation Facilities Company  (AVCO) anak usaha Freeport. “Untuk memastikan tersedianya BBM di Timika  maka kami juga mendorong agar ada operator selain AVCO untuk melayani BBM.  Bisa saja Pertamina, Shell atau Petronas. Swasta boleh sediakan avtur,”  ujarnya.

Mengenai insiden 3 Januari lalu itu, Dirjen Herry Bakti juga telah menegur Kepala Bandara Timika Subagyo. Teguran dilakukan dalam bentuk lisan dan tertulis. “Sanksi sudah kami lakukan dalam bentuk lisan dan tertulis,”  ujarnya.

Mengenai insiden di mana Kepala Bandara Timika Subagyo meminta agar CEO  Garuda meminta maaf, Herry menyatakan belum menerima laporan tersebut.

Juru bicara Freeport menyatakan, penolakan pengisian BBM untuk Garuda pada 3  Januari lalu terjadi karena salah paham. “Terjadi miskomunikasi teknis. Telah terjadi kekeliruan yang seharusnya nota pembatasan dianggap menjadi penghentian. Tetapi itu langsung diganti lagi dan pada tanggal 4 dan 5 Januari kita sudah menyediakan BBM lagi,” ujarnya.

Sementara Direktur Operasi Garuda Ari Sapari mengatakan, demi kepentingan masyarakat Indonesia, maka Garuda bersedia melayani penerbangan ke Timika lagi. “Kita berpikir ke depan untuk melayani masyarakat di Timika dan sekitarnya,” ujar Ari. Meski demikian, jelasnya, Garuda tidak menginginkan insiden memalukan  tersebut terjadi pada Garuda. Dia meminta agar pihak bandara menyediakan BBM yang cukup sehingga bisa menjamin operasional Garuda.

Sementara pilot Garuda, Manotar Napitupulu, menyatakan rasa kecewanya dengan  keputusan tersebut. Menurutnya, dia telah dizalimi oleh oknum baik dari Freeport maupun bandara Timika, tetapi tidak ditindaklanjuti.

Presiden Wakaf Uang Rp 100 Juta

Januari 8, 2010

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama Ibu Negara Kristiani Yudhoyono memberikan wakaf uang senilai Rp 100 juta.

Wakaf uang itu diberikan melalui lembaga syariah, yang disaksikan oleh Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Tolchah Hassan, seusai mencanangkan Gerakan Nasional Wakaf Uang di Istana Negara, Jakarta, Jumat (8/1/2010).  Dalam acara itu, hadir Menteri Agama Suryadharma Ali beserta para pemangku kepentingan terkait dengan lembaga syariah.

Seusai memberikan wakaf uang dan menerima bukti setoran serta sertifikat wakaf uang dari BWI, Presiden berharap wakaf itu bisa dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahtaraan umat, dakwah dan syiar Islam.

“Saya menyambut baik terobosan BWI untuk wakaf uang. Ini tafsir yang sangat luas mengingat wakaf semula dikenal hanya untuk barang seperti tanah. Diharapkan dengan wakaf uang, akan semakin banyak masyarakat yang melaksanakan wakaf, yang dapat digunakan untuk ekonomi produktif bagi kemaslahatan umat,” kata Presiden.

Tolchah mengakui masyarakat Islam di Indonesia selama ini masih mengenal wakaf dalam bentuk barang seperti tanah dan masjid. Padahal di Sudan dan Bangladesh, justru sudah ada bank wakaf. Bahkan di Kuwait dan Qatar, umat dapat langsung mewakafkan uangnya lewat Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang tersebar di negeri tersebut.

Diharapkan Presiden, pengelolaan wakaf uang dilakukan dengan transparan dan bertanggungjawab. “Saya meminta Menteri Agama melakukan penataan dan bantuan melalui BWI. Tingkatkan koordinasi, sinergi dan integ rasi, serta fasilitasi dan lakukan audit yang independen,” kata Presiden.

Berlanjut, Propam Bentuk Tim Kasus Susno

Januari 8, 2010

Kesaksian Komisaris Jenderal (Pol) Susno Duadji di sidang Antasari Azhar berbuntut panjang. Kedatangannya ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan pakaian dinas saat jam dinas dan tanpa izin Kepala Polri dinilai melanggar disiplin.

Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Mabes Polri Irjen (Pol) Oegroseno mengatakan, pihaknya akan segera memeriksa mantan Kabareskrim itu terkait kesaksian di pengadilan. “Indikasinya kami lihat lebih banyak ke pelanggaran disiplin,” ucap dia di Mabes Polri, Jumat (8/1/2010).

Oegro mengungkapkan, pihaknya telah membentuk tim yang akan mengumpulkan fakta-fakta terkait kesaksian mantan Kepala Polda Jawa Barat itu. Setelah itu, Susno akan dipanggil untuk diperiksa.

“Saya akan secepatnya ambil langkah. Saya sudah bentuk tim. Kami kumpulkan fakta-fakta dulu, di pengadilan, di media, nanti kami dialogkan. Kan banyak yang melihat dia ke sana (pengadilan), pakai pakaian dinas. Lalu dipanggil, kami mengharapkan pengakuan,” paparnya.

“Semua ada aturannya. Aturan main di polisi harus diikutin, dipagari dengan disiplin dan etika polisi. Kalau melanggar, Propam yang akan menegakkan,” tambah dia.Ancaman hukuman? “Tergantung hasil sidang. Kami hanya cari fakta-fakta, menemukan dugaan pelanggaran,” ucap Oegro.

Ketika ditanya mengenai pernyataan Susno bahwa kesaksiannya tak melanggar karena atas nama pribadi, ia menjawab, “Oh gitu. Kan Propam yang ngurusi bidang itu. Semua orang katakan boleh. Kita lihat nanti. Semua ada aturannya. Kalau sudah purnawirawan ada aturan purnawirawan. Masih aktif, ada aturan untuk yang masih aktif,” tutupnya.

430 Guru Dikirim ke Pulau-pulau Terpencil

Januari 8, 2010

Sebanyak 430 guru tidak tetap (GTT) di Provinsi Kepulauan Riau ditugaskan mengajar di pulau-pulau terpencil yang berada di wilayah tersebut.

“Untuk meningkatkan mutu pendidikan di pulau-pulau yang masih terisolasi, maka kami mengerahkan 430 guru tidak tetap untuk mengajar di sana,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kepulauan Riau Arifin Nasir di Tanjungpinang, Jumat (8/1/2010).

Arifin mengemukakan, GTT yang mendapat kepercayaan mengembangkan dunia pendidikan di pulau-pulau yang jauh dari pusat keramaian itu akan memperoleh gaji lebih besar dibanding GTT yang mengajar di perkotaan.

GTT yang bertugas di pulau itu, kata dia, memperoleh gaji sebesar Rp 1,5 juta per bulan. Gaji tersebut telah disesuaikan dengan kebutuhan mereka.

“Guru yang mengajar di pulau itu membutuhkan biaya besar karena itu mereka berhak mendapatkan gaji di atas upah minimum provinsi,” ujarnya.

Arifin menambahkan, GTT juga mendapatkan pelatihan teknis sebelum mengajar di pulau. Mereka akan memberikan pola pengajaran yang berbeda dan lebih intensif kepada para pelajar yang tinggal di pulau-pulau tersebut. Para guru, lanjut dia, harus meninggalkan kebiasaan mengajar dengan pola mencatat sampai habis atau hanya duduk di depan pelajar.

“Mereka wajib menjadi guru yang aktif dalam memberikan ilmu pengetahuannya kepada siswa,” katanya.